4.5.09

DINAMIKA PILIHAN KARIR/PROFESI

Banyak orang besar bilang kalau hidup adalah pilihan. Menurut mereka, semua yang terjadi pada kita pada hari ini merupakan akumulasi dari semua pilihan-pilihan kita di masa lalu.Kalau sekarang kita kaya, itu karena kita telah memilih untuk untuk terlepas dari apakah kita melakukannya secara sadar atau tidak.Kalau kita sekarang masih hidup ala kadarnya, itu berarti selama ini masih berpikir sedang-sedang saja. Yang penting tidak melarat miskin, tetapi juga tidak ngoyo untuk menjadi kaya.
Dari sekian banyak hal yang menuntut pilihan adalah pekerjaan. Beruntunglah orang yang sudah memiliki pekerjaan yang tetap yang memberikan kepuasan baik dari segi lingkungan kerja, tantangan yang dihadapi serta imbalan yang didapat. Imbalan dapat berupa materi seperti gaji, bonus, dsb. juga berupa non materi seperti loncatan karir.
Di pihak lain, beruntung juga orang yang mempunyai banyak pekerjaan di bidang yang dialami. Ada yang bertahan dalam hitungan bulan di satu kantor, perusahaan atau organisasi. Ada yang hampir setiap dua tahun mengalami yang namanya keharusan pindah kerja dengan berbagai alasan.
Kalau yang saya alami sedikit berbeda. Lama saya bergelut dalam dunia pendidikan dengan mengajar di sekolah Imanuel, Pondok Gede, Bekasi, yang biasa-biasa saja. Tetapi saya mempunyai dua teman yang cukup enak diajak diskusi dan kerja sama. Sekitar setahun lalu saya meninggalkan sekolah itu dengan niat untuk mencari pekerjaan yang bersuasana baru dan tentu saja yang mampu menawarkan kesempatan untuk mendapat imbalan yang baru. Saya memilih terlibat di dunia properti. Hitungan optimisnya adalah kalau saya berhasil mendapatkan penjualan satu unit saja di daerah elit yang berharga Milyaran di Kebayoran Baru, Kemang,Kelapa Gading atau Pondok Indah maka saya akan mendapat komisi minimal satu persen.Dengan langkah demikian, saya berharap pindah kwadran seperti yang disampaikan oleh Robert Kiyosaki.
Pada awal April 2009 yang lalu tiba-tiba Ibu Yoke,Kepala SMP Imanuel yang merupakan salah satu teman dekat, menelepon saya. Dia ceritakan kondisi guru yang akan kosong yang bersangkutan harus pulang kampung dipanggil anaknya. Saya dipanggil sebagai calon pengganti.
Tadinya saya menanggapi dengan setengah hati, mengingat masa kerja di bidang properti belum lama. Hasilnya pun belum dapat dikatakan menggembirakan. Harapan semula untuk mendapatkan income yang lebih besar ternyata belum tercapai. Niat untuk full-time di bisnis properti masih mendapati kendala. Agaknya, mindset marketing associate yang bermental pengusaha belum terbentuk. Ditambah dengan fasilitas penunjang seperti kamera serta yang tidak kalah penting sarana penunjang mobilitas untuk bergerak dari satu area ke area belum tersedia. Kejadian bulan Mei sekitar 3 tahun lalu ketika saya disenggol Angkot KR Jurusan Pondok Gede - Kranggan belum pulih betul. Keberanian saya untuk naik motor belum kembali.
Sebagai jalan tengah, saya tetap terlibat di properti secara part time. Perlu ada usaha penopang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sambil tetap memperluas jaringan dengan pihak-pihak yang dapat mendukung kegiatan di bidang properti. Termasuk di dalamnya, belajar dari seminar, browsing internet dan membaca buku-buku bisnis. Saya mencoba menempuh langkah-menurut istilah Tung Desem Waringin- berlayar dengan dua kapal. Atau istilah kerennya, multiple stream income (pendapatan dari banyak sumber).
Secara pribadi, saya sangat menyukai dunia pendidikan karena saya suka mengajar dan belajar. Dengan begitu, banyak siswa akan terbangun kesadarannya untuk mengenal ilmu, mengenal lingkungan serta mengenal dirinya. Saya sangat ingin menjadi satu elemen penting yang turut andil membentuk masa depan yang lebih baik. Hanya saja,bidang pendidikan ini belum memberikan imbalan pendapatan yang cukup memadai.
Di lain pihak, bidang properti sebagaimana bidang penjualan lainnya menjanjikan income melalui komisi yang sangat menggiurkan. Tetapi, perlu didukung sektor permodalan yang lumayan besar khususnya untuk biaya operasional dan iklan.
Saya masih mencari jalan bagaimana memadukan kedua bidang pendidikan dan properti. Yang jelas salah satu harus dipilih, fokus ke pendidikan atau properti terlebih dahulu. Untungnya, banyak orang yang bisa ditiru dan dimintai bantuan atau diajak kerja sama. Untuk bidang agen properti misalnya ada Fredi Darmawan, mentor di ERA Permata Senayan, Eddie Muljanto, Lisa Kuncoro dari ERA. Dari luar ERA misalnya ada Tirta Setiawan, Ali Hanafiah, Harry Jap. Dari tingkat yang lebih tinggi beberapa pengembang yang sangat layak diteladani. Salah satu idola saya yang dapat menggabungkan ini dengan sangat baik adalah Ciputra, pemilik Grup Ciputra, Citra Raya, serta komisaris PT. Pembangunan Jaya yang mengembangkan Ancol. Di bidang pendidikan dia mendirikan Universitas
Ciputra Surabaya, Sekolah Global, Citra Kasih serta menjadi pengurus Yayasan Tarumanegara.