27.3.08

Peningkatan Standar Nilai

Dunia pendidikan Indonesia makin marak diwarnai dengan pentingnya pencapaian nilai tinggi. Untuk tahun 2008 Depdiknas menetapkan standar kelulusan 5,25 untuk anak SMP dan SMA. Standar ini melejit cukup tinggi dibandingkan dengan nilai tahun lalu yang hanya 5,00. Padahal kita tahu, Depdiknas belum melakukan upaya peningkatan yang cukup yang sebanding dengan peningkatan skor sebesar 0,25.
Berbeda dengan Depdiknas yang hanya peduli dengan skor yang lebih tinggi, maka orang tua, guru dan anak didik peduli juga dengan bagaimana cara supaya mencapai skor tersebut. Ada beberapa cara yang mungkin ditempuh. Bebarapa sekolah telah sejak dini mengadakan penambahan jam pelajaran, khususnya untuk membahas soal-soal UAN, UN atau Ebtanas pada tahun-tahun yang lalu. Orang tua yang punya duit lumaya, segera mengantarkan anaknya ke Lembaga Bimbingan Belajar. Maka selama semenjak bulan Januari 2008 berbagai lembaga Bimbel denga gencar menebarkan jala selebar dan semenarik mungkin. Ada juga orang tua yang memanggil guru privat ke rumahnya dengan harapan keluarga bisa lebih memantau anaknya sekaligus pengajarnya.
Apakah pemerintah salah bila mereka menaikkan standar nilai kelulusan? Jawabannya bisa ya, bisa juga tidak. Pemerintah dapat dinilai salah bila mereka tidak memberikan program tindak lanjut yang jelas setelah mereka menemukan kondisi nilai pada tahun yang lalu. Bukankah salah satu tujuan dari UN/UAN/UASBN adalah untuk mendapatkan pemetaan. Pemerintah tahu daerah mana yang mempunyai nilai yang bagus, daerah mana yang kurang. Lebih spesifik lagi pemerintah mengetahui sekolah mana yang mempunyai nilai tinggi atau nilai rendah pada setiap mata pelajaran. Apa yang sudah dilakukan pemerintah setelah data itu didapat? Sayangnya, program itu kurang nyata di lapangan. Atau setidak-tidaknya kurang terekspor ke masyarakat- anak didik, sekolah dan orang tua.Secara global itu dapat dilihat dari alokasi anggaran bidang pendidikan yang menurun. Hal ini berkaitan juga dengan pengajuan judicial review tentang anggaran pendidikan sebesar 20% yang tidak berpihak pada peningkatan penghargaan pada pendidikan nasional.
Pemerintah, melalui Mendiknas berkilah peningkatan nilai standar kelulusan ditujukan untuk meningkatkan standar pendidikan Indonesia. Dengan mematok nilai yang lebih tinggi diharapkan anak akan semakin termotivasi untuk belajar. Anak akan semakin rajin untuk berlatih soal, bertanya dan kalau bisa menemukan solusi kreatif.
Rasanya, perbedaan pendapat/pemahaman pemerintah dan masyaraka yang mengarah pada perbedaan perlakuan kebijakan belumlah mendapat titik temu. Bagaimanapun, orang tua dan anak didik yang paling merasakan akibat dari kebijakan Depdiknas tidak boleh hanya mendebat. Mereka harus bertindak. Belajar dengar lebih giat, belajar dengan lebih cerdas dan kreatif. Tujuan utama bukanlah untuk mensukseskan program pemerintah, tetapi terutama untuk merebut nilai tertinggi yang dapat dicapai sesuai potensi terbaik dalam diri. Selamat berjuang!

21.3.08

GURU GAYA BARU

GURU GAYA BARU
Oleh: Lamser Aritonang

Bagi sebagian orang profesi guru adalah pekerjaan yang sangat serius. Berangkat pagi-pagi dengan setumpuk buku dalam tas, berpakaian rapi tersetrika dengan pilihan warna netral. Sifatnya tegas, disiplin, berwibawa dan kadang-kadang jaim (jaga image). Tapi bagi saya profesi guru berbeda.

Penampilan dan pembawaan bukanlah hal yang terlalu penting. Modal menjadi guru cukup suka membaca, suka berbicara, dan suka menulis. Itu saja. Ketiganya berguna untuk bergaul. Ya, bergaul dengan murid, rekan guru, dan orangtua. Pokoknya, bagaimana supaya komunikasi nyambung. Karena itu guru perlu bersikap terbuka. Guru wajib banyak belajar dan mengembangkan keterampilan di bidang yang sangat penting ini. Tak perlu malu dan ragu, juga tak perlu cari-cari dalih.

Dengan membaca guru menambah pengetahuan. Pengetahuan tentang apa yang akan ditulis atau tentang kejadian terbaru. Misalnya, sekarang planet tidak 9 lagi, tetapi 8 saja. Dengan berbicara guru mengungkapkan apa yang ada dalam kepala. Isi kepala yang banyak tanpa dikeluarkan hanya membuat orang besar kepala. Akibatnya, bisa pusing atau sakit kepala. Cuma, pilihan kata dan cara menyampaikannya dengan melihat sikon. Lain bicara di depan kelas, lain dengan guru, lain pula dengan orangtua.

Begitu pula dengan menulis. Kata ahlinya,”Tulis yang kamu lakukan, dan lakukan yang kamu tulis.” Mungkin ini yang mendasari program Departemen Pendidikan Nasional RI supaya guru membuat portofolio. Ini pula yang dilakukan oleh perusahaan nasional dan multinasional untuk memperoleh ISO. Dengan mencatat atau menulis, pengetahuan tersimpan dan tahan lama.

Singkatnya, jadi guru sebenarnya hanya perlu kemampuan komunikasi. Komunikasi dengan stakeholder terpenting; murid, orangtua, dan sesama guru. Lebih baik lagi bila dapat menjalin komunikasi dengan pihak luar seperti Depdiknas dan masyarakat luas. Makin banyak membaca otak makin berisi. Makin banyak bicara, pengetahuan pengetahuan makin tersebar. Makin banyak menulis ilmu makin berkembang dan teruji. Makin berkomunikasi—secara lisan dan tulisan—makin pas jadi guru. Tidak sulit bukan?[ dimuat dalam www. pembelajar. com tanggal 2 Oktober 2007]

Paskah, Bangkitlah

Hari Raya Paskah tahun ini memberikan makna baru bagiku. Aku merasa dalam beberapa tahun ini belum ada perubahan yang berarti yang telah aku perubahan. Belum ada suatu prestasi signifikan yang telah kuraih baik dalam dunia kerja, karir maupun dalam hidup pribadi. Karena itu, sudah saatnya aku melangkah lebih pasti berdasarkan tujuan yang jelas. Apalagi bila melihat betapa bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun tanpa terasa. Sementara orang lain telah mencapai bulan, menemukan planet baru bahkan menciptakan manusia baru.
Tidak, aku harus bangkit, berdiri. Sekarang tidak cukup hanya berjalan. Aku harus berlari,berlari cepat mengejar ketinggalan.sungguh sayang bila banyak anugrah, talenta, fasilitas dan kesempatan yang membentang tidak kumanfaatkan. Aku harus memasang kuda-kuda yang kokoh sehingga dapat berlari dengan konstran tanpa takut terjatuh karena kurang keseimbangan atau kurang perbekalan.

16.3.08

Aku harus maju terus

tidak ada orang atau pihak yang bisa saya mintai pertanggungjawaban terhadap keberadaanku selama ini. Satu-satunya yang bertanggung jawab adalah diri saya sendiri. Makanya sayalah yang paling menentukan nasib di dunia ini.
Ini berarti saya harus bersikap proaktif, produktif, progresif dan profit dalam setiap kegiatan. Ada pertimbangan efektivitas dan efisiensi berpikir dan bekerja dan istirahat. Semua perlu cetak biru yang telah terdisain dengan rapi baik dalam pikiran dan juga tertulis di atas kertas.

Aku ada di blog

Sudah lama tersimpan keinginan untuk membuat blog sendiri. Tujuannya supaya dapat menjaga kinerja berpikir, menulis dan berkresi. Intinya sebagai sarana belajar dan aktualisasi diri yang lebih kuat. Trima kasih untuk kesempatan yang berharga menampilkan diri dan kretivitas di blog. Saya yakin akan makin berkembang lagi setiap kemampuan dan potensi yang lama tak tergali.